Kembali Berinteraksi Dengan AL-QURAN

Posted by

Tahun Baru 1 Muharram 1430 H baru saja lewat, renungan akhir tahun sudah seyogyanya diisi dengan instrospeksi terhadap segala hal yang telah terjadi dan menimpa diri kita masing-masing agar dapat mengambil hikmahnya untuk bekal sisa umur yang makin tahun makin berkurang jatahnya. Bertambah tahun umur juga bertambah namun jatah umur didunia akan semakin berkurang mendekati "finish" yang suka atau tidak suka akan menjemput semua makhluk yang bernyawa. Tepat sekali kalau mengutip guyonannya ust. Zaki mengenai lagu panjang umur yang benar adalah "panjang umurnya, panjang umurnya cepat matinya" coba saja diresapi, benarkan seperti itu adanya?

Untuk mengawali tahun baru 1430 H, alangkah indahnya kalau kita segarkan kembali ingatan kita, pengetahuan kita untuk berinteraksi lebih intens lagi dengan kitab suci kita Al-quran Al Karim. Semoga bermanfaat.


Sebuah pernyataan Rasulullah SAW yang berisi kabar gembira buat kita yang mau mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an. Ternyata orang terbaik diantara kita menurut Rasulullah SAW bukanlah orang yang terkaya, terpandai atau orang yang paling gagah namun orang yang mau belajar membaca Al-Qur’an, mengkaji isinya, memahami maknanya, mengamalkan isinya dan sekaligus mau mengajarkan ilmu yang didapat itu kepada orang lain. Al-Qur’an Al Karim adalah kitabullah yang diturunkan kepada Rasulullah untuk membebaskan umatnya dari kegelapan menuju cahaya hidup yang terang benderang (QS Ibrahim : 1) dan Al-Qur’an ini sebagai pedoman hidup penuntun umat manusia kejalan kehidupan manusia yang lurus (QS. Al-Isra : 9). Mengikuti petunjuk Al-Qur’an adalah jaminan kebahagiaan pribadi dan masyarakat, kebahagiaan dunia dan akhirat karena pembuat petunjuk itu adalah sang pencipta yang maha tahu ciptaan-Nya.

Rasulullah SAW memberikan penjelasan apa sebenarnya hakikat Al-Qur’an. Al-Qur’an didalamnya terdapat berita sebelum dan sesudah kalian ada sumber hukum bagi kalian, dialah pemisah antara petunjuk dan kesesatan. Barang siapa yang menghendaki selain dari Al-Qur’an, Allah akan menyesatkannya dan dialah tali Allah yang kokoh, cahaya benderang yang lurus, dengannya jiwa tidak akan murka, lisan tidak akan kecewa, fikiran tidak akan kalut, para ulama tidak kenyang mempelajarinya, orang-orang taqwa tak akan pernah bosan, tidak akan jemu walaupun sering dibaca, keajaiban tidak pernah sirna…! Siapa yang berbicara dengan Al-Qur’an dia adalah orang yang benar, siapa yang menghukum dengannya dia akan adil, yang mengamalkannya akan mendapat ganjaran, siapa yang mengajak pada ajarannya jelas mengajak kepada jalan yang lurus. Pedoman dan petunjuk hidup itu berlaku bagi seluruh umat manusia, baik bagi yang arab maupun bagi yang ‘azam (non arab), baik orang pandai ataupun orang biasa dan untuk seluruh manusia. Oleh karena itu Allah SWT yang maha bijaksana menuntunkan Al-Qur’an ini dengan uslub (cara) yang mudah. Yang dapat dipahami oleh umat manusia. Bahkan Al-Qur’an sendiri mengulang-ulang pernyataan ini empat kali dalam surat Al-Qomar yaitu ayat 17,22,32 dan 40. “ Dan sesungguhnya kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran maka adakah mengambil pelajaran? “

Para sahabat nabi dengan berbagai macam jenius kemampuan penalaran mereka dengan mudah memahami, mencerna dan mengamalkan Al-Qur’an karena mereka siap mendengar, menerima dan mentaatinya. Namun Rasulullah SAW pernah mengadu kepada Allah SWT tentang sikap umatnya terhadap Al-Qur’an sebagaimana direkam dalam Al-Qur’an sendiri “ Dan Rasul berkata (mengadu) : Wahai Rabbku sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan “ (Al Furqon : 30). Ibnu Katsir menyatakan bahwa tidak beriman dan tidak membenarkan Al-Qur’an adalah termasuk “ Mahjura “ , tidak mentadaburi dan tidak memahaminya, tidak mengamalkan dan tidak melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya adalah termasuk “Mahjura”.

Sikap umum terhadap Al-Qur’an dizaman Rasul.
Bagi orang musyrik Al-Qur’an dianggap mengganggu stabilitas ajaran nenek moyang ( Saba : 43 ), cerita bohong dan dongeng serta sihir atau mantra ( Al Qalam : 15 ), Al-Qur’an tidak usah didengar ( Fushilat : 26 ) dan menghina orang mukmin yang membacanya . Sikap ahlul kitab, mereka berpura-pura iman, percaya padanya sepotong-potong asal sesuai dengan hawa nafsunya, menjual ayat-ayat Allah dan diplesetkan ( Al-Imron : 72, An-Nisa : 46, Al-Baqarah : 85, 174 dan An-Nisa : 46).
Sikap orang-orang munafik, mereka sering mengolok-olok Al-Qur’an (At-Taubah : 65). Pengaduan itu terhadap kaumnya yang memusuhi Al-Qur’an (orang-orang kafir, musyrik, ahlu kitab dan munafik), bagaimana kalau terjadi pada umatnya sendiri!!! Namun sikap orang-orang mukmin terhadap Al-Qur’an adalah “sami’na waatho’na” siap mendengar dan taat. ‘Aisyah ra meriwayatkan bahwa ketika ayat hijab turun para sahabat segera pergi kerumah masing-masing dan langsung membacakan ayat-ayat itu kepada istri-istrnya sehingga serentak istri-istri tersebut merobek kain mereka dan langsung menutupkannya kekepala dan dada mereka. Kondisi seperti itu karena bagi mereka Al-Qur’an bukan sekedar didengar dan dibaca tetapi sekaligus dengan pelaksanaannya dengan penuh keimanan sehingga kalau kita baca siroh sejarah kehidupan mereka sungguh indah karena kehidupan mereka selaras dengan kehendak pencipta-Nya, selaras dengan tabiat dan sunnah alam ini.


Hidup dalam Naungan Alquran
Generasi khairu ummah telah merasakan nikmat dan indahnya hidup dalam naungan Al-Quran. Mereka raih posisi itu didahului dengan adanya keyakinan yang mantap dan budaya amal sholih. Dengan bermodal kuatnya pegangan dan landasan filsafat hidup, yaitu berpegang teguh pada Al-quran, maka seseorang akan mampu tampil dengan tegar. Sigap dalam menentukan sikap, tidak terombang-ambing ketidak pastian situasi, ia tidak mudah terpengaruh prinsip hidup lain.

Ada empat macam cara interaksi dengan Al-quran :

Tilawah (membacanya)
Tadabbur (menelaahnya)
Hifdz (menghafalnya)
Al-‘Amalu bih (mengamalkannya)

Firman Allah SWT:
“Ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya orang orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran” (QS. Shaad 29).

Wallahu a’lam bishshowab.
(Disarikan dari Buletin Taffakur, Pen. Achidin Nur, MA)

loading...

Artikel Lain Yang Mungkin Anda Suka


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Artikel Bermanfaat Semoga Updated at: 22:45
Powered by Blogger.