Khutbah Idul Adha - Pesan Haji dan Kurban
PESAN HAJI DAN KURBAN
Oleh : Dr. H. Baharuddin Husin, M.Ag.
الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، لاإله إلا الله ,الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
الحمد لله العزيز العليم غافر الذنب وقابل التوب شديد العقاب ذى الطول لا إله إلا هو إليه المصير
أحمده سبحانه
وتعالى أبلغ حمد وأشمله وأنماه وأشهد أن لا إله إ لا الله وحده لا شريك له
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أدى الأمانة وبلغ الرسالة ونصح الأمة ـ اللهم
اجعل أفضل الصلوات وأزكى النخيات وأعم البركات على خير انبيائك وأفضل رسلك
نبينا وقدوتنا وشفيعنا وقرة أعيننا محمد وعلى آله وصحبه وأنصاره وجنوده
وخلفآئه من بعده ومن أحيى سنته وسلك سبيله ونهج نهجه وجاهد فى الله حق جهاده إلى يوم الدين ـ أما بعد، فأوصيكم عباد الله وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون
Allah Maha
Besar, tak menjadi kecil karena bagitu banyak penentang-Nya. Allah Maha
Kaya, tak menjadi miskin karena begitu banyak yang meminta kepada-Nya.
Allah Maha Pengasih, tak menjadi zalim karena banyak pengingkar-Nya.
Allah Maha Besar dalam kebesaran-Nya, segala puji hanya milik-Nya. Maha
Suci Allah, di segenap waktu, pagi dan petang. Tiada Ilah, tiada tuhan
selain Dia dan kami tak menyembah selain Dia, dengan mengikhlaskan agama
hanya untuk-Nya, walaupun orang-orang kafir membenci-Nya. Tiada yang
berhak diabdi, diagungkan, dituju dan dipersembahkan seluruh hidup
kecuali untuk-Nya. Ia tepati janji-Nya, ia bela hamba-Nya, Ia muliakan
tentara-Nya dan Ia kalahkan sekutu musuh-Nya dengan sendiri saja.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Bangunlah wahai jiwa yang tidur.
Bangunlah wahai harapan yang pupus. Bangkitlah wahai ummat yang
tertindas. Bangkitlah wahai bangsa pewaris generasi mujahid pejuang
kebenaran dan keadilan. Kamu yang reformis dan bukan teroris, buang
semua kebingungan, karena ruh penerang di tangan kalian.
Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan
Allah. Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan begitu banyak kepada kita yang tak mungkin kita
menghitungnya. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah SWT hanya menyuruh
kita mensyukurinya bukan menghitungnya. Kehadiran kita pagi hari ini
melaksanakan Shalat Idul Adha dan mendengar khutbahnya bertepatan dengan
kehadiran sekitar 4 juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang
menyelesaikan pelaksanaan manasik haji di tanah suci, merupakan salah
satu tanda syukur kita kepada Allah SWT.
Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada insan terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia, Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setia serta
para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Judul khutbah Idul Adha kita pada hari ini adalah, “PESAN HAJI DAN KURBAN”
Dalam suasana
‘Idul Adha seperti sekarang ini, perhatian kita minimal tertuju kepada
dua hal, yaitu ibadah haji dengan serangkaian kegiatan ritualnya, sejak
niat, memakai pakaian ihram sampai kepada tahallul, memotong rambut atau
mencukurnya dan pelaksanaan ibadah qurban berupa penyembelihan hewan
ternak sebagai tanda semakin semaraknya syiar Islam, yang dilaksanakan
sejak pelaksanaan shalat ‘Idul Adha sampai tiga hari berikutnya.
Sejak awal
rangkaian ibadah haji dimulai sampai hari ini, seluruh jama’ah haji
tenggelam dalam suasana persaudaraan dan persamaan, tanpa ada perasaan
perbedaan. Perbedaan warna kulit lenyap tertutup oleh pakaian ihram
putih bersih; perbedaan bahasa sirna oleh gemuruh zikir dan takbir serta
suara do’a yang menggunakan satu bahasa. Suasana
yang demikian merupakan visualisasi dari dasar “persamaan” yang menjadi
salah satu dasar Islam dalam membangun dan membina masyarakatnya. Menurut
syari’at Islam, semua manusia adalah sama derajatnya dihadapan Allah.
Oleh karena itu, dalam Islam tidak dikenal adanya stratifikasi sosial;
tidak ada istilah manusia elit dan kawula alit.
Penilaian Allah terhadap manusia bukan atas status sosial atau jenis
kelaminnya, melainkan semata-mata berdasar iman, takwa, dan amal
shalehnya. Firman Allah SWT:
“Hai manusia sesungguhnya Kami ciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-bangsa agar saling berkenalan. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat/49: 13)
“Hai manusia sesungguhnya Kami ciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-bangsa agar saling berkenalan. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat/49: 13)
Firman Allah SWT:
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An-Nahl/16: 97)
Firman Allah ini ditegaskan kembali
oleh Rasulullah saw, ketika beliau melaksanakan ibadah haji wada’,
sebagai amanat terakhir beliau yang langsung disampaikan kepada kaum
muslimin, sebagai berikut:
يا ايهاالناس كلكم بنى آدم وآدم من تراب لا فضل لعربى على عجمي الا بالتقوى
“Hai manusia, kalian semua adalah anak cucu Adam, sementara Adam
itu diciptakan dari tanah, maka tidak ada keistimewaan bagi suku bangsa
Arab atas suku bangsa lainnya kecuali karena takwa.”
Prinsip persamaan yang diajarkan oleh
Islam ini merupakan sendi utama untuk mewujudkan masyarakat yang adil,
damai dan harmonis. Islam, sekali lagi, tidak mengenal adanya perbedaan
antar umat manusia menjadi berbagai kelas dan tingkatan. Adapun
kenyataan umat manusia itu ada yang konglemerat, ada yang melarat, ada
yang kaya dan ada yang miskin, tidak berarti manusia itu berbeda
derajatnya satu sama lain. Perbedaan
status sosial ekonomi tersebut semata-mata sebagai isyarat bahwa
manusia di dalam kehidupan ini harus bekerjasama dan saling
tolong-menolong. Oleh karena itu, status sosial ekonomi yang disandang
di dunia ini seyogyanya dimanfaatkan demi mencapai derajat takwa, optimalisasi apa yang disenangi Allah dan mungkin dari apa yang dibenci-Nya, karena takwa adalah satu-satunya bekal kita untuk menghadap Allah
SWT di akhirat kelak, dan dapat menikmati kehidupan surgawi yang tiada
tara.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sejak memakai ihram di miqat kemudian tawaf qudum mengelilingi Baitullah, berdo’a di Multazam, shalat sunnah di Maqam Ibrahim, dan Hijir Ima’il kemudian sa’i antara Sofa dan Marwah mengikuti jejak Siti Hajar yang berusaha mencari air demi puteranya Ismail menaiki bukit Sofa untuk
melihat siapa tahu ada orang, kafilah atau burung yang dapat
menunjukkan ada sumber air, dengan lari-lari kecil menuju ke bukit Marwah demikian
bolak-balik sampai tujuh kali. Oleh karena itu marilah kita hayati
betapa berat cobaan Siti Hajar untuk mendapat setetes air demi
kelangsungan hidup puteranya Ismail. Hal ini mengisyaratkan bahwa
keberhasilan suatu cita-cita harus diikuti kerja keras tanpa menyerah
diiringi sikap optimistis bahwa Allah SWT pasti akan mengabulkannya.
Pada tanggal 9 Zulhijjah seluruh
jama’ah haji baik yang sehat maupun yang sakit betapa pun parahnya
semuanya berkumpul dan melaksanakan rukun haji wuquf di Arafah, mereka berkumpul di padang pasir nan luas dan terbuka. Suasana wuquf di padang Arafah ini sungguh merupakan miniatur dan peringatan akan adanya hari berkumpul di padang Mahsyar nanti
yang sangat luar biasa, tidak dapat dilukiskan dengan seribu bahasa.
Sebagian ulama, dengan keterbatasan bahasanya, mencoba menggambarkan
bahwa orang-orang yang tidak beriman dan berlumur dosa akan merasakan
panasnya padang Mahsyar yang tiada terhingga, laksana matahari berada
sejengkal di atas kepala; keringnya tenggorokan karena haus dan dahaga
tidak dapat dibasahi walau dengan setetes air sekalipun. Sebaliknya,
orang-orang beriman dan bertakwa akan merasakan sejuk dan nikmatnya
suasana padang mahsyar yang tidak dapat ditandingi oleh kesejukan
dan kenyamanan alam mana pun di dunia ini, walau telah dilengkapi dengan
AC secanggih apapun.
Pakaian ihram yang serba putih dikenakan oleh jama’ah haji, lebih-lebih dalam suasana wuquf di
padang Arafah, mengandung peringatan bahwa bila saatnya telah tiba kita
semua akan mengenakan pakaian serupa yang diberi nama pakaian kafan.
Siap atau tidak, berani atau merasa ngeri, bertakwa atau durhaka,
kematian pasti menjemput kita. Tidak ada jalan untuk lari dan tidak ada
tempat untuk bersembunyi dari kematian sebagaimana firman Allah :
“Di mana pun kamu berada kematian senantiasa mengintai dirimu, walau pun kamu bersembunyi di dalam benteng yang kokoh kuat.” ( Al-Nisa/4 : 78 )
“Di mana pun kamu berada kematian senantiasa mengintai dirimu, walau pun kamu bersembunyi di dalam benteng yang kokoh kuat.” ( Al-Nisa/4 : 78 )
Pakaian ihram ini juga mengingatkan
kita semua, bahwa ketika kematian tiba, tidak ada harta yang dibawa
kecuali kain putih sekitar enam meter saja. Mobil mewah yang dimiliki di
dunia paling jauh hanya mengantar sampai kompleks pemakaman; anak dan
isteri tercinta hanya setia mengikuti sampai ke tepi liang lahat; rumah
gedung nan lapang dan luas, yang terang benderang dengan gemerlap lampu
hias segera ditinggalkan. Kini pindah sendirian menghuni tempat sempit,
gelap dan sepi di dalam perut bumi. Oleh sebab itu, celakalah
orang-orang yang hanya hidup mengejar dan menumpuk kekayaan materi
tetapi lalai mengabdi kepada Allah Rabbul ‘Izzati.
Islam
tidak melarang bahkan menganjurkan agar umat-Nya hidup kaya raya,
tetapi kekayaan itu harus dimanfaatkan untuk menuju jalan Allah Yang
Maha Rahman, karena kekayaan yang dimiliki di dunia pada hakekatnya
bukan milik kita, melainkan milik dan titipan Allah yang setiap saat
dapat diambil kembali. Milik kita yang hakiki bukan harta yang menumpuk
di gudang dan bukan pula jumlah angka yang tercatat di dalam nomor
rekening bank. Milik kita adalah apa yang sudah diinfak-sedekahkan di
jalan kebajikan. Karena pahala infak-sedekah itu yang bakal kita nikmati
di akhirat. Karena itu kejarlah kekayaan dunia dalam rangka untuk
meningkatkan takwa dan pengabdian kepada Allah, bukan untuk memenuhi
nafsu serakah.
Firman Allah SWT:
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-Jaatsiyah/45: 13)
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-Jaatsiyah/45: 13)
Firman Allah SWT
“Adapun orang yang memberikan hartanya di Jalan Allah dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, surga, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar” (Al-Lail/92: 5-10)Firman Allah SWT
“Dan
belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (Al-Baqarah/2: 195)
Firman Allah SWT:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah/2: 261)
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di samping itu, marilah kita perhatikan pula kegiatan ibadah “qurban” yang menandai semaraknya Hari Idul Adha ini. Istilah Qurban berarti “pancaran darah” yang menunjuk kepada terpancarnya darah hewan ternak di saat disembelih. Sedangkan istilah “qurban” berarti “mendekatkan diri kepada Allah”. Secara khusus adha atau qurban adalah salah satu ibadah yang berupa
penyembelihan hewan ternak pada Hari Raya Idul Adha dan tiga hari
berikutnya, yang dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin, sebagai
ibadah yang dilaksanakan berdasarkan niat ikhlas dan semata-mata untuk
mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai derajat takwa.
Perintah melaksanakan ibadah qurban pertama kali disampaikan Allah kepada nabi Ibrahim as. Perintah yang sangat berat, karena Nabiullah Ibrahim harus ber-qurban dengan
menyembelih putra satu-satunya yang sangat didambakan sekian tahun dan
sangat ia sayangi. Setelah bertahun-tahun lamanya, kerinduan mendalam
akhirnya membimbing langkah Nabiullah Ibrahim menuju tempat di mana ia
dulu meninggalkan isteri dan anak tercinta. Betapa kagetnya Nabiullah
Ibrahim ketika tiba di tempat yang dahulunya gersang kering kerontang,
kini sejuk dan nyaman. Anak yang ditinggalkan ketika masih memerah,
telah menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Pertemuan antara ayah,
isteri, dan anak ditandai oleh luapan kegembiraan tiada terlukiskan.
Namun waktu
melepas rindu dan masa menikmati kemesraan terasa belum lama berlalu,
tiba-tiba pada suatu malam, melalui mimpi, Allah memerintahkan kepada
Nabiullah Ibrahim agar melaksanakan qurban dengan menyembelih putra tercinta yang tengah beranjak remaja. Perintah yang sangat berat dan pelaksanaan ibadah qurban yang mendebarkan jantung ini diabadikan dalam Alqur’an sebagai berikut :
“Maka tatkala anak itu sampai pada usia sanggup berusaha atau
menginjak remaja, Ibrahim berkata: Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi
agar menyem-belihmu. Bagaimanakah pendapatmu? Ismail menja-wab: Wahai
ayahanda, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
engkau mendapatiku termasuk orang yang sabar. Ketika keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan putranya di atas pelipisnsya,
lalu Kami panggil dia: Hai Ibrahim sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpimu itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan Kami ganti anak itu dengan seekor ternak sembelihan yang
besar.” ( Al-Shaffat/37 : 102-107 )
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Betapa berat ujian Allah yang diberikan
kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, namun karena taat dan cintanya
kepada Allah melebihi segala-galanya, Nabi Ibrahim tidak ragu-ragu
melaksanakan perintah Allah yang sangat berat ini. Kecintaannya kepada
Allah dan kepatuhannya terhadap orang tua, Ismail calon nabi rela
menjulurkan lehernya untuk disembelih. Dengan ketakwaannya terhadap
Allah dan kesetiaannya kepada suami, Siti Hajar memasrahkan putra
satu-satunya untuk disembelih, walaupun diiringi isak tangis dan derai
air mata sang ibu membasahi pipi.
Demikianlah,
keimanan dan ketakwaan keluarga Nabiullah Ibrahim lulus dalam ujian
yang sangat mendebarkan. Oleh karena itu, Allah Yang Maha Rahman dan
Rahim tidak membiarkan ujian tersebut diakhiri dengan sifat yang tidak
manusiawi yaitu menyembelih putra kandungnya sendiri maka digantikannya
dengan menyembelih seekor kibasy atau kambing yang sangat gemuk, selanjutnya pelestarian ibadah qurban disyari’atkan
kepada umat Nabi Muhammad saw. Dan Nabi saw sendiri pada Haji Wada’
telah berkurban 100 ekor Onta, 63 ekor langsung beliau saw sembelih
sendiri (sebagai isyarat bahwa usianya 63 tahun), sedangkan 37 ekor
lainnya disembelih oleh Ali k.r.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Seperti ibadah lainnya, ibadah qurban
ini disyari’atkan oleh Allah adalah untuk menguji keimanan dan ketakwaan
hamba-Nya. Apa pun jenis hewan ternak dan berapa pun jumlahnya yang
disembelih hari ini, yang sampai dan diterima oleh Allah adalah
ketakwaan seseorang, bukan daging atau darah hewan qurban tersebut. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
“Bukanlah daging dan darah hewan qurban itu yang sampai kepada Allah, melainkan ketakwaan kalian yang mencapai ridha-Nya.” ( Al-Hajj/22 : 37 )
“Bukanlah daging dan darah hewan qurban itu yang sampai kepada Allah, melainkan ketakwaan kalian yang mencapai ridha-Nya.” ( Al-Hajj/22 : 37 )
Kaum Muslimin Jama’ah Idul Adha yang berbahagia
Hari ini dan
tiga hari berikutnya, banyak hewan ternak akan disembelih, namun banyak
yang hanya menjadi korban penyembelihan, bukan menjadi ibadah qurban,
kalau niatnya bukan karena Allah. Seseorang yang mati di medan juang
mungkin hanya menjadi korban, kalau niat perjuangannya hanya untuk
mendapatkan bintang jasa atau gelar pahlawan. Banyak orang telah
menyumbangkan hartanya, namun harta itu pun hanya menjadi korban kalau
niatnya hanya sekedar untuk mencari popularitas dan julukan dermawan.
Oleh sebab itu, hiduplah selalu ber-qurban jangan mau menjadi korban. Berjuang dan berkorbanlah secara ikhlas karena Allah niscaya semuanya akan bernilai qurban.
Setelah
pelaksanaan shalat sunat ‘Idul Adha ini kita menyaksikan penyembelihan
hewan qurban. Sementara terdengar raungan dan terlihat semburan darah
hewan qurban tersebut, mari kita merenung dan menyadari bahwa masih ada
“sesuatu” yang harus disembelih setiap saat, yaitu nafsu binatang yang
selalu bercokol dan berkuasa di dalam diri kita ini. Nafsu hayawaniah
atau watak kebinatangan inilah sebenarnya yang sering mendorong manusia
bersikap dan berbuat di luar batas kemanusiaannya, yang menyebabkan
manusia itu jauh dari ketaatan dan ketakwaan. Di tengah-tengah
mneyaksikan darah hewan qurban menyembur deras, kita semestinya berikrar di
dalam hati: “Ya Allah, hari ini hanya darah hewan qurban yang mengalir,
tetapi bila suatu saat Engkau menghendaki, darah kami siap bercucuran
demi mempertahankan keimanan dan ketakwaan kepada-Mu. Hari ini daging
hewan qurban dibeset dan dicincang-cincang, maka kami tidak gentar di
dalam perjuangan membela agama-Mu kendatipun daging kami
terpotong-potong berserakan.
Beruntunglah hamba-hamba Allah yang diberi kemurahan
rezki dan ikhlas melaksanakan ibadah qurban pada Hari Raya Adha tahun
ini. Semakin sering, apa lagi setiap tahun, seseorang hamba melaksanakan
ibadah qurban, maka semakin teruji dan terbukti pulalah ketakwaannya.
Dan
harus diyakini, tidak seorangpun menjadi papa gara-gara berqurban,
karena Allah SWT akan selalu membuka pintu rezki bagi setiap hamba-Nya
yang melaksanakan qurban. Ada ancaman dari Rasulullah saw bahwa bagi
yang mampu berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya, maka yang
bersangkutan janganlah mendekati Mushalla kami (keluar dari barisan/umat
Rasulullah saw).
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ibadah qurban yang disyari’atkan pada
Hari Raya Adha ini harus dijadikan sebagai sumber inspirasi dan motivasi
untuk senantiasa ber-qurban dan
berkorban di dalam meniti sisa kehidupan masa depan. Bentuk pengorbanan
material yang berupa seekor atau beberapa hewan qurban pada Hari Raya
Adha ini sangat kecil nilainya dibanding apa yang harus kita korbankan
atau sumbangbaktikan untuk mengislamkan bumi dan penghuninya yang
disebut manusia. Kalau hari ini umat Islam diminta merelakan hartanya
seharga hewan qurban, maka
jumlah harta yang harus kita relakan untuk membangun kehidupan umat ini
jelas jauh lebih banyak lagi. Cita-cita membangun umat yang Islami
tidak mungkin terwujud tanpa perjuangan; dan perjuangan mutlak
memerlukan pengorbanan; sementara suatu pengorbanan baru bernilai qurban bila dilakukan berdasarkan iman dan ketakwaan.
Memang untuk mencapai predikat dan derajat takwa
yang sebenar-benarnya jelas menuntut perjuangan dan pengorbanan. Untuk
memasuki pintu surga, kita semua harus berani berjuang, siap berkorban,
dan tegar menghadapi segala tantangan. Allah tegaskan dalam firman-Nya :
“Apakah kalian mengira akan masuk surga begitu saja, padahal belum nyata siapa diantara kalian yang benar-benar telah berjuang, dan belum nyata siapa yang benar-benar sabar.” (Ali ‘Imran/3: 142 )
“Apakah kalian mengira akan masuk surga begitu saja, padahal belum nyata siapa diantara kalian yang benar-benar telah berjuang, dan belum nyata siapa yang benar-benar sabar.” (Ali ‘Imran/3: 142 )
Begitu juga keberhasilan Visi (Tujuan)
Pembangunan kota dumai sebagai negeri bertuah, yaitu Bersama mewujudkan
kota jasa dan industri yang modern, sejahtera, agamis serta bernuansa
budaya melayu sangat ditentukan oleh kesiapan berkorban dan bekerja
keras dari semua elemen masyarakatnya sesuai dengan posisi, wewenang dan
kapasitas masing-masing.
Mari kita semua bertekad untuk hidup
senantiasa berjuang dan rela berkorban, baik moral mau pun material,
untuk membangun hidup dan kehidupan umat, atas dasar niat ber-qurban, mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Rahman. Melalui pesan dan semangat ibadah haji dan qurban, kita wujudkan umat yang Islami, yang
bersatu dan bertakwa, demi mencapai ridha Allah SWT. Termasuk juga upaya
meringankan beban saudara-saudara kita yang mendapat musibah banjir dan
pasca banjir, yang sangat memerlukan uluran tangan dari kita dan
pihak-pihak lainnya berupa hewan qurban, makanan, tempat tinggal,
obat-obatan, keperluan sekolah anak-anak mereka, dan lain sebagainya.
Akhirnya, marilah kita siapkan diri, keluarga
dan masyarakat kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Ke arah
itu, diperlukan pemimpin yang baik, pemimpin yang bukan sekedar
berstatus sebagai muslim tapi memang dapat menunjukkan identitas
keislaman, keberpihakkan pada nilai-nilai Islam dan mampu menunjukkan
pelayanan kepada masyarakat. Momentum Idul Adha sekarang merupakan saat
yang tepat untuk memacu diri kita untuk berusaha lebih keras dan
sungguh-sungguh agar terwujud negeri yang baik dan memperoleh ridha
Allah SWT. Untuk itu, marilah kita tutup khutbah Ied kita pada hari ini
dengan sama-sama berdo’a.
اللهم انصرنا فانك خير الناصيرين
وافتح لنا فانك خير الفاتحين واغفرلنا فإنك خير الغاففرين وارحمنا فإنك خير
الراحمين وارزقنا فإنك خير الرازقين واهدنا و نجنا من القوم الظالمين
والكافرين.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau
adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami
rezeki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Tunjukilah
kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اللهم
اصلح لنا ديننا الذى هو عصمة أمرنا واصلح لنا دنيانا التى فيها معاشنا و
اصلح لنا آخرتنا التى فيها معادنا واجعل الحيوة زيادة لنا فى كل خير واجعل
الموت راحة لنا من كل شر.
Ya Allah,
perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi
urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup
kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami.
Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap
kebajikan dan jadikanlah kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari
segala kejahatan.
اللهم اقسم لنا
من خشيتك ما تحول بيننا وبين معصيتك ومن طاعتك ما تبلغنابه جنتك ومن اليقين
ما تهون به علينا مصائب الدنيا. اللهم متعنا بأسماعنا وأبصارنا وقوتنا ما
أحييتنا واجعله الوارث منا واجعل ثأرنا على من عادانا ولا تجعل مصيبتنا فى
ديننا ولا تجعل الدنيا أكبر همنا ولا مبلغ علمنا ولا تسلط علينا من لا
يرحمنا
Ya Allah,
anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami
dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah,
anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan
kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami.
Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan
janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak
dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang
tidak mengasihi kami. Dan jadikanlah pembalasan kami terhadap
orang-orang yang memusuhi kami.
اللهما اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات
Ya Allah,
ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a
Ya Allah
Dzat Pengabul do’a mudahkan saudara-saudara kami yang sedang menunaikan
ibadah haji saat ini memperoleh haji yang mabrur. Teguhkan hati dan
semangat mereka sepulangnya nanti agar menjadi pelopor kebaikan sehingga
nuansa kebersamaan, kerja keras, saling mendo’akan, saling membantu
satu sama lain, senang berkurban, senang berjamaah, saling berkompetisi
dalam kebaikan semakin meningkat.
ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار
Ya Allah,
anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang
baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka
والحمد لله رب العالمين
Sumber: ikadi.or.id
loading...