Di mana Tempat Tinggalmu Kelak?
Di ujung senja yang memerah di gurun, udara masih terasa terik, dan perlahan-lahan mulai sejuk, saat menjelang datangnya malam. Lelaki itu bergegas menuju masjid. Menunaikan shalat Maghrib yang akan menjelang. Ia shalat dua rakaat. Sambil terus berdzikir, air matanya mengalir. “Di mana kelak aku berada?" ucapnya lirih. “Adakah aku akan mendapatkan tempat kemuliaan?” keluhnya. Lelaki keturunan orang yang mulia itu kaya raya. Segalanya dimilikinya. Kekayaannya tak terhitung. Melimpah. Karena ia pandai berdagang. Semua pedagang berdagang dengannya. Keuntungannya tak henti-henti. Lelaki itu benar-benar sempurna, hartanya terus bertambah. Tetapi, kala senja ia nampak bersedih, menangis, dan terus menangis. Entah mengapa ia menangis? Sejatinya lelaki itu adalah lelaki yang shaleh dan zuhud dalam hidupnya. Lelaki itu mengerti kelak akhir kehidupannya. Ia mengetahui orang-orang yang memiliki kekayaan dan istana, segalanya tak lagi berguna. Betapa istana yang megah dan mewah itu semuan...