Seputar kitab shahih Al Bukhari

Posted by

Oleh: Ustadz Abu Abdirrahman Hammam

Inilah sebuah karya monumental, kumpulan hadits shahih yang sangat masyhur di tengah kaum muslimin. Kitab ini tentu tak asing lagi di telinga kita. Nama asli kitab ini adalah Al Jami’ Ash Shahih Al Musnad min Haditsi Rasulillah shallallahu ‘alaihi wassalam wa Sunanihi wa Ayyamihi.

Kitab ini ditulis oleh seorang yang dahulunya adalah anak yatim. Beliau bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah Al Bukhari Al Ju’fi. Kita lebih mengenalnya dengan Imam Al Bukhari, seorang imam ahli hadits yang terkemuka. Bahkan ulama menyebut beliau Amirul mukminin fil hadits, yaitu pemimpin imam ahli hadits.

Kitab ini laksana cahaya yang benderang, melebihi terangnya sinar matahari. Kaum muslimin, bahkan para ulama menilai buku ini sebagai buku yang luar biasa. Imam Muslim misalnya, beliau banyak mengambil faedah dari karya agung ini. Beliau mengatakan bahwa karya ini tidak ada tandingannya dalam ilmu hadits.

Imam Nawawi mengatakan dalam muqaddimah Syarah Shahih Muslim, “Para ulama sepakat bahwa buku yang paling shahih setelah Al Qur’an adalah dua kitab shahih, Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim.”

Cukuplah pengakuan para imam ahli hadits menunjukkan keagungan kitab ini. Abu Ja’far Mahmud bin Amr Al Uqaili rahimahullah mengisahkan ketika Al Bukhari menulis kitab shahih ini, beliau membacakannya kepada Imam Ahmad, Imam Yahya bin Main, Imam Ali bin Al Madini, juga selain mereka. Maka mereka mempersaksikan tentang keshahihan hadits-hadits yang ada, kecuali empat hadits. Dan ternyata, empat hadits itu pun, yang benar adalah pendapat Al Bukhari bahwa empat hadits tersebut shahih.

Di antara pelecut semangat Al Imam Al Bukhari dalam menyusun kitab ini adalah dorongan salah seorang guru beliau. Al Bukhari sendiri menyebutkan, “Kami berada di sisi Ishaq bin Rahuyah, beliau mengatakan, ‘Seandainya kalian dapat mengumpulkan suatu kitab yang ringkas tentang sunnah Rasulullah yang shahih.’ Ucapan beliau ini begitu menyentuh hatiku. Maka aku pun mulai mengumpulkan Al Jami’ Ash Shahih.”

Al Imam Al Bukhari menyaring hadits-hadits beliau yang berjumlah 600.000 hadits. Beliau menyusun kitab ini selama 16 tahun. Syarat keshahihan yang beliau tetapkan dalam kitab ini sangat ketat. Yaitu harus bertemunya para perawi dengan guru yang ia riwayatkan haditsnya. Artinya beliau memastikan benar-benar tersambungnya rantai sanad hadits sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dengan pertemuan masing-masing guru dan murid. Jadilah kitab ini kitab yang paling shahih, sebab beliau telah menentukan syarat yang tidak dijumpai dalam kitab hadits yang lain. Demikian kesepakatan ahlus sunnah.

Di antara yang menunjukkan kesungguhan beliau dalam menyusun karya ini adalah -sebagaimana diriwayatkan oleh Muhammad bin Yusuf Al Firyabi- bahwa Imam Al Bukhari mengatakan, “Tidaklah aku menuliskan satu hadits pun dalam kitab ini, kecuali aku mandi terlebih dahulu, kemudian shalat dua rakaat.” Yaitu shalat istikharah, memohon keteguhan hati kepada Allah. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain.

Ciri Khas Kitab dan Metode Penulisan

Al Imam Al Bukhari rahimahullah ingin untuk mengumpulkan suatu kitab yang bersambung rantai periwayatannya, ringkas, dan mencakup hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yang shahih serta bersambung sampai beliau shallallahu ‘alaihi wassalam.

Beliau menulis karya ini dengan penyusunan yang mengagumkan. Di mana, di dalamnya terdiri dari berbagai kitab-kitab [1], dalam satu kitab terdiri dari rangkaian bab-bab yang lebih khusus. Setiap bab terdapat dalil-dalil yang berjumlah tertentu, sedikit atau banyak, sesuai kebutuhan.

Para ulama menjelaskan bahwa judul-judul bab yang beliau tulis dalam kitab shahih ini bukan sembarang judul. Pemberian judul bab pada buku ini timbul dari pemahaman yang mendalam terhadap setiap kandungan makna dalil yang disodorkan. Oleh karenanya menjadi masyhur bahwa, “Ilmu fikih Al Bukhari ada pada judul babnya”. An Nawawi mengatakan, “Imam Al Bukhari tidak hanya sekadar bertujuan meringkas hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dalam kitab beliau ini. Namun, beliau ingin mengambil kesimpulan hukum dengan bab-bab yang beliau cantumkan.”

Dalam penulisan hadits, terkadang beliau mengulangi satu hadits dalam beberapa bab. Karena dalam hadits tersebut ada beberapa permasalahan hukum, sehingga beliau memasukkannya ke dalam pembahasan beberapa bab, beliau mengambil faedah dalam satu hadits itu. Beliau menambahkan pula beberapa ayat Al Qur’an, fatwa dari para shahabat dan At Tabi’in.

Karya beliau ini mencakup seluruh hukum-hukum syariat, amaliyah (amalan lahiriah) ataupun i’tiqadiyah (keyakinan). Kitab Shahih Al Bukhari tersusun 97 kitab. Dimulai dari kitab awal turunnya wahyu, berlanjut kitab tentang iman, kemudian kitab seputar ilmu, lalu masuk kepada pembahasan ibadah, mulai dari wudhu dan seterusnya. Beliau mengakhiri dengan menyebutkan kitab tentang perintah berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As Sunnah, terutama mengenai tauhid.

Urutan penyusunan bagian-bagian kitab ini secara utuh menunjukkan bahwa hadits merupakan wahyu Allah melalui lisan Rasul-Nya. Beliau tidak berucap dari hawa nafsu beliau, tetapi dari wahyu Allah, berupa syariat. Maka kita wajib mengimaninya, berpegang teguh dengannya, untuk mentauhidakan Allah dengan benar.

Adapun kitab-kitab yang men-syarah (memaparkan dan menjelaskan) Shahih Al Bukhari ada banyak. Di antaranya:

• Umdatul Qari Syarh Shahih Al Bukhari oleh Al Allamah Badruddin Al Aini

• Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari oleh Al Hafizh Zainuddin Abul Faraj Ibnu Rajab Al Hambali

• Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari oleh Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani

• Syarah Al Bukhari oleh Ibnu Baththal dan lain-lain.

Catatan Kaki:
[1] Yang dimaksud ‘kitab’ di sini adalah sekumpulan bab-bab rincian pembahasan. Misalnya, Kitabul Buyu’ (jual beli) di dalamnya terdapat macam-macam bab rincian pembahasan dalam masalah jual beli.

Referensi:
1. Tahdzibu Al Kamal Fi Asma’i Ar Rijal karya Al Hafizh Abul Hajjaj Yusuf bin Al Zaki Abdurrahman Al Mizzi rahimahullah

2. Siyar A’lami An Nubala’ karya Al Hafizh Muhammad bin Utsman Adz Dzahabi rahimahullah

3. Fathul Bari karya Al Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah


loading...

Artikel Lain Yang Mungkin Anda Suka


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Artikel Bermanfaat Semoga Updated at: 07:32
Powered by Blogger.