"Usahaku menurun drastis, Om. Gak kuat lagi ngurus 2 toko. Rugi terus. Mau kututup satu tapi kok gimana gitu ya? Malu kalau ketahuan sepi," kata seseorang.
"Ketahuan sepi kok malu. Aneh kamu. Orang buka usaha itu rame atau sepi udah biasa," sahut saya. "Lalu buat nutup biaya operasional dari mana kalau rugi terus?"
"Masih bisa gali lubang tutup lubang, Om, sambil menunggu situasi ekonomi membaik. Mumpung masih gampang cari utangan," jawabnya sambil meringis.
"Jadi pelaku usaha itu jangan terlalu lugu, Bro. Kamu akan jadi korban permainan rentenir. Orang-orang yang berlagak peduli dan sering nawari utang itu cuma mementingkan diri sendiri. Mereka ngejar target. Nanti kalau kamu sudah gak sanggup bayar, mereka semua akan kabur. Kamu akan kelimpungan sendiri dikejar para penagih utang."
Saran saya ini serius. Sudah banyak yang jadi korban praktek gali lubang tutup lubang para setan kredit ini. Entah itu dari bank, paylater, pinjol, maupun bangke (bank keliling).
Alasan terbesar kenapa ada banyak pelaku usaha sulit lepas dari jerat praktek rentenir ini tidak lain karena malu itu tadi. Mereka malu jika ketahuan usahanya rugi, dan akan lebih malu lagi jika usahanya bangkrut.
Banyak pelaku usaha kecil menjalankan usaha dengan emosi. Mereka begitu bangga jika usahanya berkembang, dipuji-puji orang sekitar, dan dipandang sebagai orang cerdas dan punya bakat berbisnis. Singkatnya, calon pengusaha sukses. Sebaliknya, jika usahanya sepi dan menurun, mereka merasa malu.
Akibat keterlibatan emosi yang intens ini, naik - turunnya usaha identik dengan harga diri si pelaku usaha. Mereka akan berusaha keras supaya harga dirinya tidak jatuh dengan cara memastikan usahanya tampak baik-baik saja. Bila perlu dengan menghabiskan simpanan dan menggadaikan semua asetnya. Biasanya semua itu akan sia-sia. Usahanya tetap saja bangkrut, dan akhirnya habis-habisan.
Pelaku usaha yang kompeten sadar bahwa kegagalan usaha itu hal yang biasa. Jika dalam beberapa bulan pendapatannya jauh di bawah target, mereka akan menutup usaha itu dan beralih ke ide usaha lainnya. Tak ada rasa malu atau gengsi. Mereka tahu bahwa yang gagal itu hanyalah usahanya, bukan dirinya.
Belajarlah memisahkan antara diri kita dan usaha kita. Jika usaha kita berhasil, bukan berarti diri kita juga berhasil, kemudian mudah meremehkan orang lain. Sebaliknya jika usaha kita gagal, bukan berarti diri kita juga gagal, lalu minder dan bersembunyi.
Pekerjaan, bisnis, dan profesi hanyalah salah satu aspek dalam kehidupan kita. Sukses atau gagal itu biasa saja. Tidak perlu menyikapinya secara berlebihan.
Sumber: fb Hengki
loading...