"Saat ini persaingan usaha kecil makin keras. Banyak korban PHK ikut buka usaha. Mereka suka ngawur kalau jualan. Pasang harganya hancur-hancuran. Sambel Uleg Saklek bisa remuk lho, kalah saingan," kata kawan saya.
Saya hanya tertawa. Kawan itu mungkin lupa, saya sudah termasuk bakul level bangkotan. Sejak awal kuliah saya sudah buka usaha sendiri, bahkan saya sudah belajar jualan sejak SMA. Lebih dari 25 tahun saya jatuh-bangun di dunia wirausaha ini.
Dengan begitu mana mungkin saya gentar bersaing dengan para pemula yang baru sore kemarin buka usaha untuk pertama kali. Saya malah sering tertawa melihat berbagai drama para pemula itu.
Ada yang nangis karena 3 hari pertama tidak laku sama sekali. Ada yang bingung kenapa sudah diobral murah kok masih sepi. Ada juga yang frustasi lantaran sudah bakar-bakar uang banyak buat promosi tapi omset usahanya tetap saja stagnan.
Bagi saya, mereka sama sekali bukan pesaing. Saya bahkan tidak peduli kalau mereka semua jualan sambal botolan dengan harga obral. Silakan saja. Itu malah seru.
Saya paham saat ini mereka sedang butuh bantuan. Yang sedang berkecamuk dalam pikiran mereka cuma masalah modal. Mereka butuh modal, kekurangan modal, dan harus terus mencari tambahan modal. Itu saja.
Namun mereka juga tahu, tidak akan ada yang mau kasih mereka uang begitu saja. Akibatnya mereka jadi bingung, apa yang sebenarnya dibutuhkan, apa yang sebaiknya dilakukan, serta harus cari bantuan kemana.
Saya tahu tentang kelemahan mereka. Saya juga tahu bagaimana mengatasinya. Saya bahkan bisa membimbing mereka, sebab saya pernah di posisi itu selama bertahun-tahun dan telah berhasil melewati fase itu.
Tapi saya tahu persis mereka tidak akan mau memahami apa yang akan saya sampaikan. Ya, memahami saja tidak mau, apalagi mengikuti saran-saran saya. Jadi itulah sebabnya saya hanya akan menonton dan tertawa.
Fenomena para korban PHK rame-rame buka usaha sama sekali bukan ancaman buat para pelaku usaha yang sebenarnya. Mereka hanya bersaing antar mereka sendiri, antar sesama pemula. Paling-paling tidak sampai setahun, 90% lebih dari mereka sudah berguguran, sudah hilang entah kemana.
Saya jadi ingat, dulu waktu saya masih pemula, dan sering gagal, saya juga heran mengapa para pelaku usaha senior tidak suka memberi saran atau berbagi ilmu soal wirausaha. Dan sekarang saya paham penyebabnya.
Memang susah memberi pemahaman kepada para pemula. Mereka rentan secara emosional dan mudah salah paham. Ada yang terlalu berani, ada juga yang terlalu takut. Yang terlalu berani jika diberitahu supaya jangan terlalu berani malah semakin berani. Yang terlalu takut jika diberitahu supaya tidak takut malah semakin takut. Jadi yang paling baik memang tidak diberi saran dan cuma ditonton saja.
Saya beruntung punya kemampuan menulis buat berbagi pengalaman. Menurut saya cara ini paling baik. Yang mau belajar silakan baca tulisan-tulisan saya. Yang tidak mau belajar, apalagi malah tersinggung lalu menghina, silakan pergi saja. Saya sama sekali tidak rugi.
Sumber: akun fb Hengki
loading...